Oleh: Tofan Mahdi
JATIMRAYA.COM, Saya tidak tahu, sikap ini benar atau salah. Tapi saya melakukannya. Sejak lama sampai sekarang. Saya adalah orang tua (ayah) yang tidak pernah melihat rapor (nilai akademik) anaknya. Tidak pernah. Kalau pun pernah, jarang dan biasanya hanya untuk membubuhkan tanda tangan.
“Ayah aku ranking dua lho di kelas. Nilai-nilaiku naik semua. Koq Ayah cuek sih?” rajuk Anak Gadis dalam sebuah kesempatan.
Saya mengucapkan selamat. Tapi ya, biasa saja.
“Ayah kenapa koq gak pernah melihat raporku?”.
Sambil tersenyum, saya jawab. “Ayah tahu dirimu lebih baik dari angka-angka di dalam rapor itu. Pun, Ayah tahu lebih detail dirimu daripada penilaian wali kelas yang ditulis di rapor itu. Jadi buat apa Ayah baca lagi. Wong tiap hari Ayah sama kamu,” saya jawab dengan sedikit guyon.
Tidak hanya kepada Anak Gadis, sikap yang sama juga saya lakukan kepada Anak Lanang, kakaknya. Saat dulu masih sekolah dan kuliah. Tidak pernah saya menanyakan nilai akademiknya. Pun, waktu itu, saat dia akan memilih tempat kuliah. Tidak pernah mengarahkan, apalagi menyuruh. Tetapi jika dia bertanya tempat kampus atau program studi A atau B, saya dengan senang hati menjelaskannya. Tentu dalam perspektif subjektif saya.
Selain Anak Gadis yang lagi menyiapkan diri untuk bisa masuk universitas negeri terbaik di negeri ini, yang lain dalam keluarga adalah lulusan kampus “luar negeri” alias perguruan tinggi swasta. Saya dan mamanya di Jember, Anak Lanang di Jakarta. Alhamdulillah sampai hari ini kami baik-baik saja.
“Pokoknya aku mau kuliah di U*.” Anak Gadis yang lebih punya sikap terus terang sering protes. Tapi sebagai Ayah saya punya alasan.
Seperti halnya keluarga yang lain, bagi kami sekolah adalah hal yang penting. Sangat penting. Tetapi ada yang lebih penting dari itu, belajar dan menuntut ilmu. Sekolah adalah salah satu tempat menuntut ilmu, tetapi menuntut ilmu tidak hanya di sekolah. Bisa di mana saja, termasuk di dalam rumah.
Baca Juga:
Nahdlatul Aulia Gelar Istighotsah Akbar: Ribuan Massa Padati Stadion Madya Gelora Bung Karno
SIG Atasi Persoalan Sampah Kota dengan Manfaatkan RDF Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Apakah saat ini sekolah sudah menjadi tempat terbaik untuk belajar dan menuntut ilmu? Belum tentu. Saya tetap percaya, mau belajar atau bekerja, yang penting dan menentukan masa depan anak-anak kita bukan di mana mereka berada. Tetapi bagaimana mereka di situ. Mau kuliah di UA, UB, UC sama saja. Mau kuliah di negeri atau luar negeri, sama saja.
“Ayah jawab. Kenapa raporku gak pernah dilihat?” tanya Anak Gadis lagi.
“Bagi Ayah, nilai itu hanyalah angka, tidak
mencerminkan apa-apa. Tanpa melihat rapor, setiap hari Ayah mengikuti perkembangan dirimu. Mulai bayi sampai hari ini. Nilai akademik penting, tetapi bukan nomor satu. Bagi Ayah yang jauh lebih penting adalah bagaimana ibadahmu, sikap, perilaku, dan unggah-ungguh (adab)-mu. Terutama adab kepada kedua orang tuamu. Karena, percaya sama Ayah, itu yang akan lebih menentukan kesuksesan masa depanmu.”
Di depan gerbang sekolah, Anak Gadis cium tangan seraya berbisik, “Ayah, uang saku. I love you.” Kami tertawa.
Semoga sekolah dan kampus-kampus di Indonesia bisa tempat belajar dan menuntut ilmu yang aman dan nyaman bagi anak-anak kita. (Andy Setiawan)***